15 Bulan Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni


Gambar : Ilustrasi Pulau Kosong

fmatriadi.id. Lhokseumawe Aceh Indonesia, senja itu tampak indah dengan sunsetnya berwarna kemerah merahan yang membakar jiwa seorang pemuda di pantai pasifik. Kehidupannya yang berbalut kemiskinan membuatnya tak pernah menikmati indahnya pesona lain yang ada di luar sana. Diahanya mendengar cerita tentang indahnya Fiji, New Zealand, Australia dan berbagai negara lain di sekitar Pasific. Sementara raganya terkurung di Tonga sebuah negara pesisir. 

Jiwanya yang terus mengembara bersama jiwa muda membuat rasa ingin tahunya pada dunia luar semakin menggeliat dan menumbuhkan tekat yang sangat kuat dari pemuda bernama Sione Fillipe Tatou yang lahir dan dibesarkan di Ha,afeva sebuah pulau kecil di Tonga. Hasrat itu pulalah yang membawa petaka bersama lima orang temannya harus terdampar di sebuah pulau antah brantah tanpa penghuni di Samudera Pasifik. 

Pagi yang indah seperti biasa dia menggunakan seragam sekolah untuk menghabiskan rutinas harian sebagai anak muda. Tanpa diduga disekolah lima orang kawan dekatnya sudah merencanakan sesuatu yang gila. Dan Mano salah satu kawannya membisikkan kepada Filipe "kami akan melihat indahnya dunia luar, kamu mau ikut?". Jiwanya langsung menggelora ibarat terbakar pesona jingga dari matahari terbenam. Sesuatu yang memang selalu di impikan dalam setiap lamunannya sekarang seakan hadir di depan mata. 

Sore itu cuaca tampak mendung dengan sepoi angin yang memberikan segeran luar biasa. Filipe dan temannya berpura pura berjalan jalan di pantai dekat pelabuhan sambil mengamati kapal kapal layar yang disandarkan oleh pemiliknya. Tekat mereka sudah bulat untuk mencuri kapal layar tersebut agar dapat mengarungi samudera demi mewujudkan hasrat terpendam menikmati indahnya kehidupan diluar sana. 

Terlihat sebuah kapal layar baru saja disandarkan oleh pemiliknya berada di posi paling luar dari sisi pelabuhan. Pemiliknya bergegas meninggalkan kapal secara terburu buru. Matahari mulai merengsek ke barat dan hanya meninggalkan sedikit pelangi yang tersembul akibat tempias hujan dan sinarnya yang sudah hampur memasuki peraduan. Keenam pemuda dengan penuh semangat menaiki kapal layar dan bergegas meninggalkan kampung halaman. 

Tali pengikat kapal dilepaskan, perjalanan petaka dimulai. Sepoi angin diiringi gerimis menerpa layar kapal keenam pemuda sangat menikmati dalam kebahagiaan dan penuh tawa ceria. Salah satu rekan mereka memiliki pengalaman dalam berlayar karena ayah memiliki kapal yang hampir sama dengan kapal yang mereka curi. Itu pulalah yang menyebabkan mereka mengambil jenis kapal tersebut untuk berlayar. 

Malam yang semakin gelap menambah kuat hembusan angin, ombak juga mulai terasa ganas sampai menjelang pagi. Matahari tampak tertutupi mendung tebal dengan angin kencang yang terus berhembus, layar yang lupa diturunkan menjadi robek di hempas angin yang menjadi badai. Tak terasa kapal mereka terkatung katung tanpa arah. Semua pasrah dalam ketakutan tak pernah dibayangkan perjalanan yang awalnya indah menjadi petaka pada akhirnya. 

Semangat mereka untuk bertahan hidup teta menggelora, walaupun bekal yang mereka bawa sudah habis di akhir malam kedua. Walaupun angin dan ombak sudah mereda nanun kapal mereka sudah tidak memiliki layar lagi sehingga hanya bisa bertahan. Sementara perjalanan menjadi tanpa arah,siang dan malam. Untuk bertahan hidup mereka hanya mengandalkan air hujan yang di tampung dengan kaleng kaleng yang ada di kapal tersebut. 

Kondisi fisik  mulai lemah, delapan hari sudah mereka terkatung katung dilautan yang sabgat liar. Pagi itu harapan mulai pudar semua tergelak di dek kapal yang kering sebagaimana mulai mengering pula harapan mereka untuk bisa bertahan hidup. Tetapi mereka tidak mau mati begitu saja ditempat yang sangat asing, sembari mengharap akan ada keajaiban. 

Dan keajaiban itupun hadir pada waktunya, dari jauh tampak sebuah pulau kecil dengan pepohonan yang rindang. Filipe memberikan semangat kepada kawan kawannya agar berupaya bertahan. Angin dan arus air yang bersahabat mengantarkan kapal mereka yag sudah lumpuh semakin mendekat dengan pulau rindang tersebut. 

Pada jarak yang masih agak jauh Filipe segera melompat dan berenang menuju pulau diikuti oleh teman temannya yang sudah agak lemas. Semangat untuk bertahan hidup mengatarkan mereka untuk berenang lebih kuat menyusuri tepian karang yang indah dan mereka terdampar bahagia di pasir putih tempat penyu sedang bertelur. Telur penyu mentah menjadi santapan pertama bagi mereka di pulau liar tersebut. 

Dalam keletihan dan kehausan mereka segera mencari tempat yang lebih tinggi dengan mendaki tebing yang ada dipinggir pantai untuk mencari tempat beristirahat yang aman. Air dari ranting pohon yang diperas dengan keras menjadi satu satunya sumber minuman mereka. Hanya semangatlah yang membuat mereka akan mampu bertahan. 

Pagi indah menyapa disela deburan ombak pasir putih. Kondisi fisik mereka sudah mulai pulih. Di pulau kosong dan liar terdapat berbagai sumber makanan seperti pisang liar dan juga buah kelapa yang tumbuh dipesisir pantai itu. Mereka mulai membuat gubuk dari daun kelapa yang di anyam secara sederhana untuk mengurangi terpaan angin dan hujan. Sampai tiga bulan mereka masih belum berhasil membuat api dan tetap harus kedinginan di malam hari dan tetap memakan makanan seperti ikan dan telur penyu mentah. 

Pada esoknya mereka baru berhasil membuat api, yang berasal dari gosokan kayu kering secara sabgat keras. Api unggunpun menyala dan menghangatkan malam mereka yang selama ini kedinginan. Tak terasa sudah hampir enam bulan mereka terdampar di pulau ini. 

Upaya untuk kekuar dari pulau asing ini terus dilakukan setiap hari mereka membuat rakit dari kayu kayu yang ada di sekitar pulau. Kayu tersebut merekai rangkai dengan tali tali dari kulit pepohonan. Hank pirdua bulan mereka mengerjakan rakit tersebut dengan menggunakan tangan kosong. Semangatsemakin bulat untuk bisa pulang ke kampung halaman. Rakit didorong kelautan namun ternyata rakit tersebut tidak mengapung karena kayu yang mereka gunakan jenis kayu berat. Apa yang mereka kerjakan menjadi sia sia seiring memupus harapan mereka untuk bisa kembali bersama keluarga dikampung halaman. 

Mereka hanya fokus untuk terus bertahan hidup, setiap hari mereka bergantian mengamati pantai dan berharap ada perahu atau kapal yang lewat. Sebenarnya mereka sudah mulai jenuh menjalani kehidupan di pulau asing tersebut. 15 bulan suda mereka jalani kehidupan di pulau tak berpenghuni dan mengandalkan makanan dari alam semata. 

Pagi itu tampak cerah, mereka bermandi dipantai sambil mencari kerang, kepiting dan udang sebagai bahan makanan untuk hari itu. Stephen salah seorang dari mereka terkesima se akan tak percaya di kajauhan di melihat sebua kapal layar melintas. Dia menyadari ini adalah kesempatan dan satu satunya jalan untuk keluar dari petaka ini. 

Tanpa berpikir panjang dia langsung berenang kearah kapal tersebut dan meninggalkan kawan kawannya. Dia menyadari bahwa diantara mereka dialah yang paling kuat berenang, sementara kawan kawannya tidak mampu berenang dengan jarak yang jauh. Dia terus berenang sekuat tenaga kawan kawannya berdoa dipinggir pantai. Hampir 1.5 kilometer Stephen berenang sambil berteriak memanggil kapal tersebut. Namun suaranya tersapu ombak dan merdunya suara burung camar yang bersahutan. 

Kapal tersebut terus berlayar meninggalkan Stephen yang kelelahan, sampai seseorang dikapal menyadari seakan akan mendengar suara manusia. Namun kawan kawanya yang lain mengatakan bahwa itu ilusi atau hanya suara alam. Sesaat kemudian kapten Warner menoleh kebelakang dan menyadari seseorang melambaikan tangan kepada mereka. Keajaiban terjadi, mereka segera berputar dan mendekati Stephen yang sudah tak berdaya. Steohen yang sudah lemas segera diangkat ke kapal dan mereka berikan minuman segar juga sedikit makanan. 

Kapal segera diarahkan ke pulau Ata, untuk menjemput lima rekan Stephen yang menunggu di sana. Sampai di pinghir mereka menemukan lima pemuda gondtong dan telanjang. Bagi mereka ini merupakan momen mereka untuk segera keluar dari pulau petaka yang sudah 15 bulan mereka huni. Dan mereka akhirnya bisa berkumpul kembali dengan keluarga dan sahabat mereka di Tonga. 

Ini merupakan kisah nyata yang terjadi pada tahun 1965. Kisah ini baru dipublikasikan secara luas oleh sebuah media. Kisah mereka menarik perhatian dunia pada saat itu. Fotografer Sydney John Carnemolla bahkan ditugaskan ke pulau vulkanik tersebut untuk mengabadikan kehidupan mereka di sana. Peristiwa ini puluhan tahun terlupakan, kemudian hangat kembali Mei lalu karena tulisan Rutger Bregman yang dimuat di The Guardian.

Pengalaman Keenam pemuda  ini belum pernah diceritakan kepada media mana pun. Sampai akhirnya VICE berhasil mewawancara secara eksklusif  Sione Filipe Totau, salah satu lelaki yang terdampar di pulau Ata bersama enam orang rekannya. 

Tulisan ini di sadur dari kisah nyata yang telah di publis dengan judul "15 bulan aku terdampar di pulau tak berpenghuni,  begini caraku bertahan hidup"

Pelajarannya mari belajar untuk memercayai diri sendiri. Tak peduli siapa dirimu dan apa rasmu, kalian harus siap melakukan segalanya untuk melewati setiap masalah yang menghadang.

Foto: Julian Morgan. Mano, salah seorang dari remaja Tonga yang terdampar di pulau Ata tahun 1965, sekarang berumur 74 tahun. 

Salam bahagia. 


Faisal Matriadi


















No comments:

Post a Comment

Translate