Heal the World: Sembuhkan Dunia

Gambar: Ilustrasi. 

fmatriadi.id. Lhokseumawe: Tulisan kali ini saya awali dari potongan lirik lagu yang penuh nasehat dari Michael Jackson berjudul: Heal the World = Sembuhkan Dunia.

There's a place in your heart 
Ada sebuah tempat di hatimu 

And I know that it is love 
Dan aku tahu tempat itu adalah cinta 

And this place could be much 
Dan tempat ini bisa jadi 

Brighter than tomorrow 
Jauh lebih terang dari hari esok 

And if you really try 
Dan jika kau benar-benar berusaha 

You'll find there's no need to cry 
Kau kan temukan bahwa tak ada perlunya menangis 

In this place you'll feel 
Di tempat ini kau kan merasa 

There's no hurt or sorrow 
Tak ada duka atau nestapa 

There are ways to get there 
Ada banyak cara tuk sampai ke sana 

If you care enough for the living 
Jika kau peduli pada kehidupan 

Make a little space, make a better place 
Berilah ruang kecil, jadikanlah tempat yang lebih baik 
Heal the world 
Sembuhkanlah dunia 

Hari ini 4 Desember 2020 hampi semua sahabat di social media menyampaikan berita tentang banjir yang merata diseluruh Aceh dan juga Sumatera Utara. Banjir kali ini tidak tanggung tanggung karena berdampak pada jatuhnya korban jiwa dikalangan masyarakat. Sebut saja banjir di Deli serdang yang telah merenggut 5 korban jiwa dan satu lainnya hilang, demikian juga di Aceh Timur yang menyebabkan seorang siswa SMP meninggal dunia terseret arus. 

Pertanyaan yang muncul di benak saya apakah banjir ini semata mata factor alam? Atau ada kontribusi dan peran manusia terhadap proses terjadinya banjir yang kali ini terasa parah dan mungkin tahun tahun yang akan datang akan semakin parah. 

Berikut saya akan mencoba menggali penyebab banjir yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara. Penyebab utama dari banjir adalah akibat lingkungan hidup rusak akibat ulah tangan manusia . Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa seringnya terjadi banjir, baik banjir bandang, banjir genangan, banjir rob (banjir air laut), maupun banjir lainnya di Aceh merupakan indikasi adanya masalah dengan lingkungan hidup. 

Banjir datang terutama diakibatkan oleh semakin lajunya kerusakan hutan (deforestasi), sehingga dengan bertambahnya degradasi hutan maka kemampuan hutan untuk menampung air hujan semakin melemah. Pohon pohon yang ditebang baik oleh para pelaku illegal logging maupun alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian serta perkebunan merupakan factor utama yang berkontribusi terhadap banker yang kita rasakan hari ini. 

Jika kita masuk kepadalaman Aceh terlihat bahwa hampir disemua area terjadi penebangan hutan serta alih fungsi hutan, bahkan area yang masuk dalam kawasan hutan lindung juga sudah banyak yang tergarap dan sudah mulai gundul. Fenomena ini akan terus berlanjut dimasa masa yang akan datang dan perkirakan dimasa yang akan datang jika laju perambahan hutan  tidak mampu dibendung maka kita akan merasakan banjir yang lebih parah dari hari ini. 

Semua kita menyadari peran hutan dalam mengurangi resiko banjir. Namun semua kita diam dan bahkan berkontribusi terhadap perusakan hutan yang terjadi secara terus menerus. Fenomena ini diperburuk lagi oleh saluran hilir dari daerah aliran sungai tidak berfungsi optimal, baik karena sedimen yang mendangkalkan sungai maupun karena akibat salurannya yang telah rusak. Bahkan daerah aliran sungai juga sundah gundul baik oleh illegal loging maupun oleh penambangan galian C yang semakin parah dan tidak beraturan. 

Terkait peristiwa banjir ini, sebenarnya perlu kesadaran bersama dari semua masyarakat dan perlu kehadiran Negara untuk mengatur tata kelola hutan dengan baik, membatasi jumlah alih fungsi hutan serta illegal loging yang semakin menggila. Dalam hal ini perlu ada upaya penanggulangan (mitigasi dan recovery) yang komprehensif mulai dari penanganan daerah hulu (hutan di dataran tinggi) hingga kondisi sungai, hilir sampai pada system drainase di daerah pemukiman warga. 

pada 2019, isu lingkungan hidup dan kehutanan di Aceh, khususnya Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), menjadi isu yang dibahas publik. Kondisi hutan di Aceh menjadi perhatian publik karena pentingnya pelestarian lingkungan untuk kehidupan manusia. Laju deforestasi di Aceh sangat tinggi termasuk di Kawasan Ekosistem Leuser, sehingga potensi bencana khususnya banjir dan longsor sangat besar. Pembangunan yang tidak mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang baik juga berkontribusi terhadap banjir. 

Sebuah data lain menyebutkan berdasarkan hasil monitoring dari citra satelit meliputi seluruh Provinsi Aceh dan kondisi gambut di Aceh, khususnya di Rawa Tripa – sebuah kawasan yang dulu dikenal sebagai ‘Ibukota Orangutan’ kini mulai tergerus dan lahan gambut tersebut semakin sirna berganti dengan kebun sawit yang sangat merusak alam. Selanjutnya laju hilangnya tutupan hutan di Provinsi Aceh periode 2019 adalah sebesar 15.140 hektare. Pada 2019 ini tren kerusakan hutan Aceh relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 15.071 hektare. Angka itu kurang lebih seluas 2,5 x lipat luas kota Banda Aceh, seluas 14 ribu kali lapangan bola, dan diperkirakan 41 hektare hutan hilang di Aceh per harinya pada 2019. “

Pada tahun 2019, di antara kabupaten-kabupaten yang angka laju tutupan hutannya tertinggi adalah Aceh Tengah (2.416 ha), Aceh Utara (1.815 ha), dan Aceh Timur (1.547 Ha). Ini adalah sebuah fakta yang mengerikan yang tidak kita sadari. Tindakan mitigasi bencana perlu dilakukan secara sistematis dan terukur karena banyak tutupan hutan yang hilang. 

Untuk banjir yang terjadi pada bulan desember biasanya akan diperparah dengan kondisi pasang laut yang memang sangat besar di bulan desember. Jika hujan deras berpadu dengan pasang purnama pada bulan desember maka kita akan diserang dari dua arah baik banjir bersumber dari hujan maupun banjir dari sumber air laut yang meluap akibat pasang dan sekaligus ombak besar yang disebabkan oleh badai. 

Untuk mengatasi bahaya banjir hari ini dan juga di masa yang akan datang maka kita semua harus bergandeng tangan menyelamatkan hutan kita, menyelamatkan lingkungan kita. Negara wajib hadir untuk menyelamatkan alam ini untuk kita wariskan pada generasi yang akan datang. Jangan lagi kita bermain main dengan keselamatan alam, karena ancaman nyata bagi kehidupan kita sudah  di depan mata kita. Mari selamatkan alam kita, untuk hidup kita dan generasi kita yang lebih baik..

No comments:

Post a Comment

Translate