Wisata Tapaktuan, Legenda : Tapak Tuan Tapa Aceh Selatan




fmatriadi. Id. Tapaktuan : Kota Tapaktuan yang sering disebut sebagai kota naga tidak terlepas dari unsur magis dari pertempuran dua ekor naga dengan seorang syech yang bernama Tuan Tapa. 

Benar atau salah masih tetap menjadi misteri dari legenda tersebut namun misteri justeru menambah  ketertarikan para wisatawan untuk berkunjung ke kota naga yang penuh nuansa mistis dan tentunya sangat eksotis. . 

Kota Tapaktuan ini berada persis di pesisir pantai samudera Hindia yang sangat luas dan keganasn ombaknya menambah angker legenda tersebut, Maklum lokasi tapak tuanTapa yang merupakan ikon legenda sering kali merenggut korban jiwa bagi para pengunjungnya yang ria dan takabur. Biasanya pengunjung yang ria dan takabur lokasi jejak Tapak tuan Tapa akan disapu oleh ombak yang tiba tiba saja datang dan sangat ganas walaupun pada mulanya keliatan tenang. Biasanya jasad dari orang yang tersapu ombak tersebut jarang ditemukan dan hilang entah kemana. 

Makanya wisatawan yang datang kelokasi disaranan untuk tenang dan tidak ria serta dianjurkan sambil beristigfar sembari mensyukuri ciptaan sang Pencipta. 

Legenda Tapaktuan berawal dari hanyutnya  bayi perempuan dari negeri Asranaloka kelaut Taapktuan. Bayi tersebut hanyut di atas sebuat wadah yang mengapung. Selanjutnya bayi tersebut diselamatkan oleh naga yang kerap bermain di pantai Tapaktuan dan kebetulan naga tersebut tidak mempunyai keturunan. 

Karena rasa sayang dari naga terhadap bayi tersebut maka bayi itu dipelihara oleh naga layaknya anak sendiri, dan akhirnya sang bayi  tumbuh menjadi putri yang cantik jelita dan dikenal sebagai putri naga. 

Sementara di Kerajaan Asranaloka orang tua bayi tersebut tak henti hentinya menangis dan terus mencari keberadaan buah hatinya yang sangat mereka cintai. Sampai suatu hari orang tua bayi tyang merupakan keturunan raja asrianaloka naik tahta dan menjadi raja dari kerajaannya. 

Sebagai seorang raja yang berpengaruh maka upaya untuk mencari buah hatinya yang hilang diwaktu bayi semakin kuat dan berdaya dan menggunakan seluruh kekuatan magis untuk mencari tahu keberadaan puterinya. 

Sampai pada suatu hari sangat raja tahu keberadaan sangat bayinya yang telah tumbuh menjadi putri yang cantik dan dipelihara oleh dua ekor naga sakti di pesisir Aceh Selatan. 

Didorong rasa  cnta dan kerinduan yang luar biasa terhadap putrinya maka sangat raja dan permaisuri mendatangi Pesisir Aceh Selatan dengan menggunakan kapal layar terbuat dari kayu untuk menjemput putrinya yang cantik jelita. 

Sesampainya disana sang raja melihat putrinya sedang bermain main disuatu tempat pemandian yang dikenal sebagai tempat pemandian putri naga di alur naga di daerah Batu hitam. 

Pada saat itu sangat raja langsung berniat membawa lari putrinya tersebut. Namun sial sang naga mengetahui aksi sang raja yang ingin membawa putrinya. Sang naga datang ke pinggir pantai dan bertemu dengan sang raja dan disitu terjadi dialog sang raja meminta pada naga untuk memberi izin membawa pulang putrinya. 

Permintaan tersebut ditolak mentah mentah oleh sang naga yang telah merawat putri tersebut dari bayi, sehingga pertarungan antara sang raja dan naga pun pecah. Pertarungan tersebut sangat dahsyat dimana raja yang memiliki kesaktian berhadapan dengan naga yang sangat ganas dan memiliki berbagai kekuatan luar biasa. 

Dalam pertarungan tersebut sang raja kelihatan terdesak  oleh serangan dahsyat naga. Gemuruh dan ributnya  pertarungan tersebut membangunkan Tuan Tapa seorang syech bertubuh raksasa yang sedang bertapa di pegunungan Tapaktuan. 

Dari gunung beliau melangkahkan kaki ke pantai untuk melihat pertarungan antara naga dengan raja asranaloka, langkah itu meninggalkan jejak tapak  yang cukup jelas sepanjang 6 x 2.5 m di sisi gunung Lampu yang ada di pusat Kota Tapaktuan. Jejak itulah yang kemudian menjadi dasar mama kota Tapaktuan yaitu Tapak kaki Tuan Tapa. 

Melihat pertarungan tak berimbang antara naga dan raja asranaloka, Tuan Tapa segera mengambil tongkatnya dan menyerang naga tersebut sehingga naga kalah dan mati. 

Tempat pertarungan antara naga dan Tuan Tapa dikenal sebagai Batu merah yang terletak di Ujung lpasir, disini bebatuannya berwarna merah yang diyakini berasal dari darah naga yang terluka akibat serangan Tuan Tapa. 

Di desa Batu Hitam ada segunduk batu besar dipinggir pantai yang berwarna hitam yang diyakini sebagai bangkai naga yang kemudian menjadi batu, sementara didekat jejak Tapak tuan Tapa ada juga penampakan karang berdiri tegak yang diyakini sebagai tongkat tuan Tapa.  Disana juga ada karang lainnya yang berbentuk topi yaitu topi tuan Tapa yang terjatuh saat bertarung melawan naga tersebut. 

Sementara di kecamatan sama dua sekitar 20 km dari kota Tapaktuan terdapat batu karang berbentuk layar yang diyakini sebagai sisa kapal raja asranaloka yang hancur dihantam naga saat  pertarungan tersebut. 

Setelah pertempuran sang raja dan permaisuri serta putrinya tidak kembali lagi ke kerajaan asranaloka hal ini disebabkan karena sang putri tidak ingin pergi dari sana. Hal ini disebabkan sang putri sangat sayang pada naga tersebut, karena walaupun seekor naga namun naga tersebutlah yang telah membesarkan dan merawat sang putri hingga dewasa. Atas dasar itulah mereka memilih menetap di daerah Aceh Selatan dan diyakini mereka merupakan asal muasal masyarakat Tapaktuan. 

Sementara sang Tuan Tapa, berikutnya menghilang di suatu tempat disekitar Kampung padang dan distu terdapat makan Tuan Tapa nyang panjangnya mencapai 12 meter. 

Demikian legenda Tapaktuan yang sangat bernuansa mistis dan masih menjadi misteri sepanjang masa. Sempatkan waktu anda untuk menikmati nuansa mistis dan keindahan Tapaktuan yang sangat eksotis di Aceh Selatan. Salam









1 comment:

  1. Legendanya terasa ada dan tiada pak, banyak bukti tapi masih kurang masuk akal. Dari yang saya dengar Kerajaan Asranaloka itu letaknya sekitaran India ya pak ? Tapi sekarang kebanyakan penduduk Tapaktuan itu Suku Aneuk Jame yang aslinya berasal dari Minang. Saya sendiri belum pernah ke sana, semoga bisa kesana dan melihat sendiri dan mungkin bisa menyimpulkan legenda ini benar adanya atau hanya dongeng semata. Terimakasih pak, setelah baca blog bapak terasa seperti sedang lburan virtual ke Tapaktuan.

    ReplyDelete

Translate