Harapan Para Mantan Teroris Terhadap Pemimpin

Foto by FM. Mochtar, Andry dan Taufik mantan Narapidana teroris Aceh. 

fmatriadi.id.Lhokseumawe, Aceh Indonesia. Tak  terduga hari saya bertemu dengan beberapa sosok yang sangat kritis dalam menatap cara kita dalam hidup berbangsa dan bernegara. Mereka adalah para teroris yang pernah ditempa secara militer di Jantho, Aceh beberapa tahun lalu. 

Kiprah mereka sangat sangat mengejutkan betapa tidak Aceh yang baru berupaya keluar dari konflik bersenjata secara vertikal kini muncul lagi isue radikalisme dan terorisme yang berafiliasi dengan berbagai organisasi yang dicap sebagai lembaga radikal oleh pemerintah. 

Pada kesempatan pertemuan tersebut Andry, Mochtar dan taufik sepakat bahwa mereka telah meninggalkan jejak jejak radikalisme dalam kehidupan mereka. Secara nyata bahwa persoalan ekonomi yang sangat lemah dan keadilan sosial yang belum mampu hadir dalam kehidupan berbangsa dan negara telah menjadi pemicu lahirnya paham radikalisme, seperatisme bahkan juga krimanilisme dan premanisme. 

Sekarang mereka telah meninggalkan senjata yang dulu kerap mereka gunakan, namun untuk menatap masa depan apa yang harus mereka pegang sekarang? Cangkul, pulpen atau apa? Mereka sudah berubah menjadi warga NKRI yang patuh namun kondisi ekonomi mereka belum berubah masih pada tataran ekonomi yang memprihatinkan. Mungkin hal senada juga dirasakan oleh berbagai komponen masyarakat lainnya yang merasakan keterpurukan secara ekonomi dan belum merasakan keadilan sosial. 

Jika hal ini terus berlangsung dalam waktu lama maka sangat mungkin paham premanisme, kriminalisme radikalisme dan juga separatisme akan tumbuh dan berkembang lagi secara pesat. 

Untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah harus bekerja keras untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pembukaan lapangan kerja dan juga menjamin rasa keadilan sosial terhadap penguasaan bumi air dan segala yang terkandung didalamnya untuk sebesar besar kemakmuran rakyat. 

Pemimpin jangan lagi mempertontonkan arogansi, keserakahan dan hawa nafsu yang berlebihan. Pemimpin harus menjadi teladan bekerja dengan hati yang tulus dan keluhuran serta ke agungan budi pekerti untuk membangun masyarakat kita, bangsa kita dan negara kita. 

Disisi lain masyarakat ayo semangatkan diri, bahwa hidup kita ada di tangan kita, kita harus berusaha maksimal untuk keluar dari zona penderitaan. Kita harus masuk dalam zona kesejahteraan dunia dan akhirat. 

Betusaha maksimal dan juga berdoa maksimal, peminpin dan rakyat harus bahu membahu untuk Indonesia yang jaya. Aminnn

No comments:

Post a Comment

Translate